Minggu, 31 Oktober 2010

3-Tier Client-Server

Abstraction

Since published about 15th years ago Client/ Server concepts has grown out from its origin concept. As we know when it published client/ server consists of two main components which are minicomputer as a client and mainframe as a server that can serve the process requested from client and stored the data on its database. That’s why we called it 2-tier client/ server. When internet and networking grown up there are some critical mission that can not be solved with 2-tier client/ server approached. So, we need a new giant method for solving this problem. 3-tier client/ server then introduced as the next generation of client/ server system in the internet era.

15 tahun sejak diperkenalkan client/ server telah menjadi pilihan dalam arsitektur aplikasi. Client/ server diaplikasikan pada aplikasi mainframe yang sangat besar untuk membagi beban proses loading antara client dan server. Sebagai dampaknya client/ server telah mengubah cara/ pola pikir kita dalam men-desain dan membangun aplikasi. Dan ini sangat membantu end-user dalam peng-harapan tentang “the look and feel” dari multiuser software. Dalam perkembangannya, client/ server dikembangkan oleh dominasi perusahaan-perusahaan software besar yaitu Baan, Informix, Lotus, Microsoft, Novell, Oracle, PeopleSoft, SAP, Sun, dan Sybase. Perusahaan-perusahaan ini adalah superstar pada era pertama imunculkannya konsep client/ server. Saat ini perusahaan-perusahaan ini telah menjadi perusahaan komputer yang stabil dan besar.
Saat ini telah terjadi perubahan besar dari konsep client/ server itu sendiri. Awalnya pengertian client/ server yaitu sebuah sistem yang saling berhubungan dalam sebuah jaringan yang memiliki dua komponen utama yang satu berfungsi sebagai client dan satunya lagi sebagai server atau biasa disebut 2-Tier. Dengan adanya internet dan jaringan maka konsep 2-tier ini mulai bergeser dan berkembang menjadi 3-tier.

Apa yang dimaksud dengan Tier?
Awal 1980-an, vendor-vendor minicomputer memperkenalkan pola 3-tier (sebagai arsitektur 3-tier) untuk menjelaskan pembagian secara fisik dari sebuah aplikasi yang melalui terminal (tier ke-1), minicomputer (tier ke-2), dan mainframe (tier ke-3). Ini memberikan kesempatan pada vendor-vendor ini untuk menjual komputer level menengah (mid-range) mereka sebagai front-end untuk mainframe.

Hari ini, kita menggunakan istilah tier untuk menjelaskan pembagian sebuah aplikasi yang melalui client dan server. Pembagian proses kerja adalah bagian uatama dari konsep client/ server saat ini. Jadi saat ini pembagian kerja pada client dan server telah diatur secara lebih spesifik.

  • 2-tier. Membagi proses load kedalam dua bagian. Aplikasi utama secara logika dijalankan/ berjalan pada sisi client yang biasanya mengirimkan request dalam bentuk sintaks SQL ke sebuah database server yang berfungsi sebagai media penyimpanan data. Kita bisa juga menyebutnya dengan arsitektur fat client karena bagian terbesar atau yang utama dari aplikasi berjalan pada sisi client/ komputer client.
  • 3-tier. Membagi proses loading antara 1) komputer client menjalankan
    graphical user interface (GUI) logic, 2) aplikasi server menjalankan business
    logic, dan 3) database dan/ atau legacy application. Karena 3-tier
    memindahkan application logic ke server sehingga sering juga disebut
    sebagai arsitektur fat server.

Dari semua definisi diatas, semua aplikasi client/ server haruslah memiliki paling tidak 2-tier : user interface pada sisi client dan data terdistribusi yang disimpan pada sisi server.
Pembagian kerja ini adalah isu utama yang menjadikan perbedaan terbesar dalam penentuan sukses tidaknya aplikasi yang berhubungan penyelesaian masalah mission-critical.

Keuntungan dan keterbatasan aplikasi 2-tier

Pada sistem 2-tier client/ server, aplikasi logic ditempatkan pada sisi client dengan GUI. GUI dijalankan pada client yang akan mengirimkan SQL, file system calls, atau perintah HTTP melalui jaringan ke server. Kemudian server akan mem-proses request dari client dan mengembalikan hasil proses tersebut kembali ke komputer client. untuk meng-akses datanya, komputer client harus mengetahui bagaimana data tersebut diatur dan kemudian disimpan pada sisi server. Variasi pada pendekatan 2-tier adalah dengan menggunakan stored procedures untuk meng-off-load beberapa
proses pada sisi server. Walaupun pengiriman request SQL melalui jaringan, stored procedures membolehkan kita untuk menjalankan sebuah fungsi yang berjalan tanpa sebuah database.

Kesederhanaan adalah faktor utama yang mengantarkan 2-tier client/ server menjadi populer. 2-tier sangat ideal digunakan jika kita ingin membangun sebuah aplikasi dengan cepat dengan menggunakan bantuan visual builder tools seperti Delphi, VB, dll. Biasanya, hanya aplikasi yang berskala departemen/ bagian-bagian kecil yang menggunakan konsep 2-tier ini seperti sistem pengambilan keputusan (DSS) atau aplikasi berbasis web sederhana.
Mengapa 3-Tier Client/ Server?
Apa yang terjadi sekarang dengan perkembangan internet dan jaringan yang begitu pesat tidak memungkinkan lagi diselesaikan dengan metode 2-tier client/ server sehingga perlu satu perubahan besar untuk menangani masalah ini. Saat ini kita telah mengembangkan aplikasi client/ server berskala luas dan E-Commerce berbasis internet. Konsekuensinya, kita harus meninggalkan dunia tradisional 2-tier client/ server. Sekarang kita sedang menghadapi masalah dunia yang kompleks dimana aplikasi-aplikasi dibagi menjadi beberapa komponen-komponen dan didistribusikan melalui multi prosesor. Yaitu dunia aplikasi 3-tier (dan N-tier).

Saat ini perusahaan-perusahaan besar yang sudah menggunakan client/ server mulai merasakan 2-tier client/ server sudah tidak relevan lagi untuk diimplementasikan di perusahaan mereka. Karena yang terjadi saat ini dengan adanya internet maka dituntut agar aplikasi yang digunakan diperusahaan mereka harus dapat mendukung internet dan semua komponennya, aplikasi tersebut harus dapat melayani ribuan komputer client dimana aplikasi ini seringkali berjalan pada banyak server dan terdiri
dari ratusan komponen-komponen software didalamnya. Dengan adanya internet, server dapat melayani request dari mana saja dengan PC yang terhubung ke internet.

Dalam era internet saat ini, transaksi dapat berasal dari konsumen (melalui aplikasi internet), dari suplier atau distributor ( melalui perusahaan internet – ekstranet).

Kapan kita menggunakan 3-tier?

Saat ini 3-tier menjadi sangat populer dibanding 2-tier arsitektur tapi 2-tier tidak akan bisa ditinggalkan. Masih terdapat banyak aplikasi yang ideal menggunakan arsitektur 2-tier. Lalu bagaimana kita mengetahui model apa yang cocok untuk aplikasi kita dan sesuai dengan karakteristik perusahaan? Berikut ini adalah beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk menentukan kapan sebuah aplikasi menggunakan model arsitektur 3-tier client/ server :

  • Banyaknya layanan atau class aplikasi lebih dari 50
  • Program aplikasi di buat atau ditulis dalam beebrapa bahasa pemrograman yang berbeda untuk masing-masing organisasi.
  • Dua atau lebih data source yang heterogen seperti dua DBMs yang berbeda atau DBMs dan file system
  • Suatu aplikasi akan digunakan lebih dari 3 tahun. Apalgi jika kita akan
    merencanakan banyak modifikasi atau penambahan
  • Beban kerja yang sangat tinggi. Lebih dari 50000 transaksi perhari atau lebih dari 300 user yang mengakses ke sistem yang sama pada database yang sama dalam waktu bersamaan
  • Ekspektasi bahwa aplikasi akan terus berkembang sepanjang waktu

Conclusion

Pada akhirnya, saat ini akan sangat mudah dan aman bagi kita untuk meng-
implementasikan arsitektur 3-tier client/ server khususnya jika kita memiliki
infrastruktur yang solid untuk itu. Dalam era intranet dan aplikasi internet sekarang ini, arsitektur 3-tier client/ server menjadi arsitektur paling favorit yang digunakan. 3-tier memberikan kita keleluasaan untuk mengembangkan aplikasi kita mulai dari sistem yang paling kecil hingga kita engembangkannya menjadi sebuah aplikasi berskala enterprise.

Tidak ada komentar: